SUAMI poligami, inti masalah- nya karena “si burung” tak pernah puas. Ny. Daryati, 35, yang menderita gara-gara suami poligami, menyelesai-kannya dengan cara memotong “burung” suaminya. Untung sebelum amputasi itu berhasil, Yunus, 37, terbangun dan gegerlah warga Muara Enim (Sumsel).
Tengoklah lakon yang dijalani Yunus warga Desa Tanjung Tiga,
Kecamatan Lembak, Kabupaten Muara Enim. Nafsu poligaminya demikian kuat,
tapi tak didukung oleh kemampuan ekonomi yang mapan. Akibatnya
rumahtangga dengan dua dapur itu tak pernah bahagia sejahtera. Terlalu
lama di rumah bini muda, istri tua ngambek. Tapi betah banget di rumah
bini tua, bini muda juga mencak-mencak.
Idealnya, dengan bini dua Yunus sebagai suami harus bisa membagi adil
soal materil dan onderdil. Tiga hari di rumah bini tua, tiga hari pula
di rumah bini muda. Lho, seminggu kan ada 7 hari, lalu yang sehari buat
apaan? “Ibarat kapal ya untuk doking lah, masak 7 hari mau berlayar
terus?,” kata si pemberi nasihat. Memang, gara-gara poligami itu Yunus
jadi banyak curhat pada teman-temannya. Tapi tak ada yang bisa memberi
solusi jitu.
Awalnya, rumahtangga Yunus dengan Daryati bahagia nan sejahtera. Tapi
begitu melihat barang baru yang lebih bagus, Yunus terpikat juga.
Walhasil gadis Linda, 28, dinikahi juga secara diam-diam. Sebulan dua
bulan aman-aman saja politik poligami Yunus. Tapi begitu ketahuan,
ngamuklah Daryati. Untung Yunus mampu berjanji bahwa akan adil pada
kedua istrinya.
Tapi ternyata itu semua hanya teori. Permulaaannya Yunus memang bisa
tertib tiga hari di bini muda dan tiga hari di bini tua. Soal waktu,
karena tak perlu beli, masih bisa diatur. Tapi yang namanya duit, Yunus
sungguh kedodoran. Penghasilannya yang tak seberapa besar, harus dibagi
sama. Bini tua yang sudah punya sejumlah anak, tentu saja anggaran lebih
besar. Ini jadi pangkal masalah. “Ekonomi jadi compang-camping, karena
kamu kawin lagi,” omel istri berulang kali.
Ingin ketenangan karena diomeli melulu oleh istri tua, menjadikan
Yunus lebih betah “ngungsi” di rumah bini muda kawasan Simpang Meranjat
Kabupaten Ogan Ilir.
Tapi ini juga bikin murka Daryati. Maka saat suami kembali ke rumah untuk menggilir dirinya, dijadikanlah Yunus bak tahanan KPK. Dia tak boleh ke mana-mana. Ibarat kata, dia dikurung dalam sangkar bak nyanyian May Sumarno tahun 1970-an. “Wahai kau burung dalam sangkar, nasibmu malang benar…..”
Karantina model Daryati membuat Yunus tersiksa. Tapi ketika dia mau
pergi diam-diam, eh ketahuan juga. Untuk menghibur diri, suami malang
yang dibikin sendiri itu memilih tidur. Padahal dari sinilah malapetaka
itu justru hadir. Soalnya, Daryati yang merasa tak bahagia hidupnya
gara-gara “burung” suami yang diumbar ke mana-mana, bermaksud memutus
mata rantai penderitaan itu dengan caranya sendiri.
Apa yang diperbuat Daryati? Begitu suami tidur pulas dengan posisi
telentang, langsung saja dia ambil pisau dapur. “Burung” kakak tua yang
suka hinggap di jendela mana saja tersebut lalu dirogoh dan dipotong.
Tapi belum tuntas maksudnya, Yunus teriak kesakitan. Daryati kabur,
sementara para tetangga segera membawa Yunus ke RSUD Prabumulih.
Beruntung si burung masih bisa diselamatkan dengan sejumlah jahitan.
Harus bisa “berkicau” lagi tuh burung! (JPNN/Gunarso TS)
Source : POSKOTAnews.com
======================
Produk CNI adalah “Produk Kualitas Menengah Atas, Harga Menengah Bawah”
Untuk info & Pemesanan :
HUB : MUHAMAD IPANGO
Telp / Hp : 021-7816369 / 0815 2363 9145 / 0816 160 5367
TOKO SEHAT ONLINE
=====
Anda Punya Usaha, Butuh Pekerjaan, atau Ingin Mempromosikan Usaha Apapun? Bergabunglah dengan Media Promosi yang ada. Berikut klik , Daftar Media yang dapat anda gunakan. Klik setiap link yang ada.
Untuk info & Pemesanan :
HUB : MUHAMAD IPANGO
Telp / Hp : 021-7816369 / 0815 2363 9145 / 0816 160 5367
TOKO SEHAT ONLINE
=====
Anda Punya Usaha, Butuh Pekerjaan, atau Ingin Mempromosikan Usaha Apapun? Bergabunglah dengan Media Promosi yang ada. Berikut klik , Daftar Media yang dapat anda gunakan. Klik setiap link yang ada.