lazada

Sabtu, 24 Agustus 2013

BUKAN KAMPUNG KUMPUL KEBO

BUKAN KAMPUNG KUMPUL KEBO
ADA arak-arakan tengah malam di Jombang (Jatim). Kirab pusaka malam 1 Suro rasanya bukan, karena masih 2 minggu lagi kebo Kiai Slamet keluar dari Kraton Solo. Ternyata yang diarak Ny. Wartik, 34, bersama gendakannya, Paidi, 40. Warga jengkel karena keduanya menjalani kehidupan kumpul kebo.

Tiap malam 1 Suro, kebo Kiai Slamet dari Kraton Surakarta memang ikut kirab pusaka kraton. Kerbau yang berjumlah 7 ekor ini bisa berkeliaran ke mana-mana, tak selalu berada di kandangnya, alun-alun Kidul. Tapi uniknya, begitu malam 1 Suro tiba, mereka selalu lengkap di tempat kediamannya. Padahal di luar “hari dinas”-nya, mereka bisa jalan-jalan hingga Sragen, Wonogiri, Boyolali maupun Kartosura. Maka di Solo, orang tak pernah bepergian disebut: kok kalah karo Kiai Slamet!

Itu kan urusan kebo bule kraton. Kalau kebo kepala hitam bernama Paidi lain lagi. Meski sudah punya keluarga sendiri, dia masih suka ngapeli kebo betina bernama Ny. Wartik, warga Desa Keboan Kecamatan Ngusikan. Pada malam tertentu, sehabis jualan VCD keliling dia pasti mangkal ke rumah si janda. Pulang-pulang baru keesokan harinya, tentu saja setelah menerima pelayanan istimewa, dari sporing balansing hingga amplas platina.

Kediaman Paidi memang lumayan jauh, meski masih sama-sama di Kabupaten Jombang. Dia baru pulang ketemu keluarganya seminggu sekali, selebihnya mangkal di rumah janda Wartik itu tadi. Awalnya memang sekadar numpang tidur, tapi lama-lama ngesuk-esuk (mendesak) ke kamar Wartik. Lantaran ranjang si janda memang sempit, agar tidak makan tempat akhirny Paidi ditumpuk saja di atasnya. Ih…., maunya!

Aktivitas Paidi yang keseringan menginap di rumah Wartik tak urung menimbulkan kecurigaan dalam masyarakat. Mereka menduga keduanya menjadi praktisi kumpul kebo. Meski kerjasama nirlaba ini tak merugikan pihak lain, tapi jelas-jelas melanggar aturan agama. Karenanya, Pak RT pernah menegurnya. Tapi teguran itu tak digubris. Begitu pula saat Pak Kades turun tangan, Wartik tak juga mencekal Paidi sebagai praktisi kumpul kebo di rumahnya.

Hari-hari selanjutnya Paidi makin asyik saja tinggal berlama-lama di rumah si janda. Seperti saat lebaran Qurban kemarin, warga pada makan sate kambing, bahkan bakar terpedo segala, malam-malam janda Wartik malah menikmati “terpedo”-nya Mas Paidi yang imut-imut itu. Jelas-jelas ini pelecehan bagi harga diri warga Desa Keboan. “Mentang-mentang nama desa kita Keboan, lalu seenaknya saja jadi ajang kumpul kebo,” kata Pak RT dalam rapat bersama warga.

Seluruh warga sepakat untuk ambil tindakan. Tapi untuk menambah semangat mereka, Pak RT lalu mengadakan “road show” macam Tim-9 angket Bank Century. Sejumlah tokoh masyarakat, Pak RW dan Pak Lurah dimintai dukungannya. Tentu saja mereka sangat mendukung, sepanjang tak berujung duit saja. Dan karena dukungan penuh dari berbagai kelompok masyarakat tersebut, beberapa hari lalu benar-benar pasangan Wartik – Paidi digerebek.

Agaknya nasib pasangan kumpul itu masih mujur. Artinya, ketika digerebek keduanya tidak dalam kondisi “sundang-sundangan” alias saling tanduk. Mereka pun diarak ramai-ramai tengah malam, digelandang ke Balai Desa. Dalam pemeriksaan mengakui bahwa keduanya sudah lama kumpul kebo. Katanya, akan diresmikan jadi suami istri setelah urusan cerainya dengan istri di Menturus Kecamatan Kadu, selesai. “Kali ini boleh pulang, tapi kalau masih kumpul kebo lagi, kami tak tanggungjawab,” ancam Pak Kades.

Ya masih untung, Paidi digerebek tak pas lagi nanggung. (HS/Gunarso TS)

Source : POSKOTAnews.com

====================== 
Produk CNI adalah “Produk Kualitas Menengah Atas, Harga Menengah Bawah”    
 
Untuk info & Pemesanan :  
HUB : MUHAMAD IPANGO  
Telp / Hp : 021-7816369 / 0815 2363 9145 / 0816 160 5367

  Kunjungi kami di :
TOKO SEHAT ONLINE
  

=====
Anda Punya Usaha, Butuh Pekerjaan, atau Ingin Mempromosikan Usaha Apapun?  Bergabunglah dengan Media Promosi yang ada. Berikut klik Disini, Daftar Media yang dapat anda gunakan. Klik setiap link yang ada. 
Selamat Berpromosi