
ANDAIKAN bisa dipersamakan, kelakuan Jubaid, 40, tak jauh beda dengan
Prabu Rahwana dari Alengka. Tapi lelaki dari Klaten (Jateng) ini lebih
mujur.
Rahwana bertahun-tahun melarikan Sinta tak dapat apa-apa. Jubaid
setahun melarikan Darwati, 30, sudah berhasil menyetubuhi berulangkali
hingga melahirkan.
Tokoh wayang paling doyan perempuan, bisa disebut Harjuna dan
Rahwana. Tapi Harjuna kesannya positif, karena dia hanya memperebutkan
wanita masih lajang. Sedangkan Dasamuka yang raja Alengkadiraja ini,
biar bini orang asal bisa bikin kontak dia pendulum, pastilah
diudak-udak sampai dapat.
Seperti Dewi Sinta dari Mantili ini misalnya, karena putri
titisanWidowati ini termasuk “enak digoyang dan perlu” betapapun sudah
menjadi istri Ramawijaya masih dicolong juga. Padahal, pada akhirnya dia
tak memperoleh apa-apa. Sinta tetap orsinil, sedangkan Dasamuka dan
negrinya ancur-ancuran dibuatnya.
Ilhamnya mungkin dari sana, sehingga Jubaid warga Desa Jetis
Kecamatan Juwiring Klaten, tega hati mempedayai Darwati. Wajah gadis
asal desa Senden Kecamatan Ngawen ini sebetulnya biasa-biasa saja, tapi
bodinya meck……sekel nan cemekel (enak dipegang) macam artis
Indah Gita Cahyani. Lelaki cap apapun, asal masih normal, sekali menatap
wajah dan bodi Darwati pastilah pikirannya jadi ngeres macam pasir urug
Tangerang
“Rambut rambut, mbok aja putih sik (janganlah putih dulu)” ratap
para kaum Adam. Kenalnya warga satu daerah tapi beda kecamatan ini
terjadi ketika Darwati tengah membutuhkan pekerjaan. Jubaid yang mengaku
banyak hubungan, kenal pejabat ini pejabat itu, kemudian menawari si
gadis untuk dicarikan kerja.
Darwati langsung percaya pada lelaki itu, karena sama sekali tidak
minta uang. Padahal umumnya orang manawarkan pekerjaan, biasanya selalu
minta dilampirkan pula amplop berisi uang berjuta-juta. Pikir Darwati
kemudian, lelaki ini pastilah tulus ingin membantu dirinya.
Apa lacur? Jubaid memang tak menginginkan uangnya Darwati, tapi
goyangnya! Sebab penampilan gadis ini sungguh sensual sekali, menggamit
rasa merangsang pandang kata ahli sastra.
Bagi Jubaid, gadis Darwati ini agaknya juga keturunan atau titisan
Widowati sebagaimana Dewi Sinta. Punya bini dia, jan tanja tenan (asyik
sekali). Bagaimana jika gadis itu tak mau dipersuntingnya? Ya ilmu
Dasamuka diterapkan. Maksudnya, tak mau diminta secara baik-baik, ya
dibawa lari. “Gitu saja kok repot,” begitu kata batin Jubaid.
Hari perburuan pun dimulai. Darwati diajak putar-putar ke kota Klaten
dengan alasan untuk menemui teman-teman koneksinya. Ketika istirahat,
gadis sekel nan cemekel itu diajak masuk hotel. Di tempat inilah kali
pertama Darwati disetubuhi dengan paksa. Ewa segitu, dia masih belum
juga hilang kepercayaannya.
Beberapa minggu berikutnya dia dibawa ke Solo dan dicarikan tempat
kontrakan di Sukoharjo. Di tempat inilah Darwati diperlalukan bak istri
sendiri. Disetubuhi ketika butuh, dan dibohongi selalu ketika menanyakan
pekerjaan yang pernah dijanjikannya.
Seluarga Darwati tentu saja bagaikan Prabu Rama kehilangan Dewi
Sinta. Dicari ke mana-mana tak ada kabarnya, sampai polisi berhasil
menangkap Jubaid setahun kemudian di rumah familinya di Jakarta. Ketika
ditanyakan di mana Darwati sekarang, dijawab bahwa dia kini tengah
bersalin di sebuah RSB Sukoharjo (Solo). Lalu bagaimana dengan pekerjaan
yang pernah dijanjikan? “Dia nggak saya carikan kerja, cuma saya
kerjain saja sampai melahirkan, Pak!” jawab Jubaid enteng.
Untung nggak ada Jepang lewat, dikaplok kamu! (KR/Gunarso TS)