lazada

Rabu, 20 Maret 2013

Lebih Lihai dari Rahwana

nah-ini-dia1
ANDAIKAN bisa dipersamakan, kelakuan Jubaid, 40, tak jauh beda dengan Prabu Rahwana dari Alengka. Tapi lelaki dari Klaten (Jateng) ini lebih mujur.

Rahwana bertahun-tahun melarikan Sinta tak dapat apa-apa. Jubaid setahun melarikan Darwati, 30, sudah berhasil menyetubuhi berulangkali hingga melahirkan.

Tokoh wayang paling doyan perempuan, bisa disebut Harjuna dan Rahwana. Tapi Harjuna kesannya positif, karena dia hanya memperebutkan wanita masih lajang. Sedangkan Dasamuka yang raja Alengkadiraja ini, biar bini orang asal bisa bikin kontak dia pendulum, pastilah diudak-udak sampai dapat.

Seperti Dewi Sinta dari Mantili ini misalnya, karena putri titisanWidowati ini termasuk “enak digoyang dan perlu” betapapun sudah menjadi istri Ramawijaya masih dicolong juga. Padahal, pada akhirnya dia tak memperoleh apa-apa. Sinta tetap orsinil, sedangkan Dasamuka dan negrinya ancur-ancuran dibuatnya.

Ilhamnya mungkin dari sana, sehingga Jubaid warga Desa Jetis Kecamatan Juwiring Klaten, tega hati mempedayai Darwati. Wajah gadis asal desa Senden Kecamatan Ngawen ini sebetulnya biasa-biasa saja, tapi bodinya meck……sekel nan cemekel (enak dipegang) macam artis Indah Gita Cahyani. Lelaki cap apapun, asal masih normal, sekali menatap wajah dan bodi Darwati pastilah pikirannya jadi ngeres macam pasir urug Tangerang
 “Rambut rambut, mbok aja putih sik (janganlah putih dulu)” ratap para kaum Adam. Kenalnya warga satu daerah tapi beda kecamatan ini terjadi ketika Darwati tengah membutuhkan pekerjaan. Jubaid yang mengaku banyak hubungan, kenal pejabat ini pejabat itu, kemudian menawari si gadis untuk dicarikan kerja.

Darwati langsung percaya pada lelaki itu, karena sama sekali tidak minta uang. Padahal umumnya orang manawarkan pekerjaan, biasanya selalu minta dilampirkan pula amplop berisi uang berjuta-juta. Pikir Darwati kemudian, lelaki ini pastilah tulus ingin membantu dirinya.

Apa lacur? Jubaid memang tak menginginkan uangnya Darwati, tapi goyangnya! Sebab penampilan gadis ini sungguh sensual sekali, menggamit rasa merangsang pandang kata ahli sastra.

Bagi Jubaid, gadis Darwati ini agaknya juga keturunan atau titisan Widowati sebagaimana Dewi Sinta. Punya bini dia, jan tanja tenan (asyik sekali). Bagaimana jika gadis itu tak mau dipersuntingnya? Ya ilmu Dasamuka diterapkan. Maksudnya, tak mau diminta secara baik-baik, ya dibawa lari. “Gitu saja kok repot,” begitu kata batin Jubaid.

Hari perburuan pun dimulai. Darwati diajak putar-putar ke kota Klaten dengan alasan untuk menemui teman-teman koneksinya. Ketika istirahat, gadis sekel nan cemekel itu diajak masuk hotel. Di tempat inilah kali pertama Darwati disetubuhi dengan paksa. Ewa segitu, dia masih belum juga hilang kepercayaannya.

Beberapa minggu berikutnya dia dibawa ke Solo dan dicarikan tempat kontrakan di Sukoharjo. Di tempat inilah Darwati diperlalukan bak istri sendiri. Disetubuhi ketika butuh, dan dibohongi selalu ketika menanyakan pekerjaan yang pernah dijanjikannya.

Seluarga Darwati tentu saja bagaikan Prabu Rama kehilangan Dewi Sinta. Dicari ke mana-mana tak ada kabarnya, sampai polisi berhasil menangkap Jubaid setahun kemudian di rumah familinya di Jakarta. Ketika ditanyakan di mana Darwati sekarang, dijawab bahwa dia kini tengah bersalin di sebuah RSB Sukoharjo (Solo). Lalu bagaimana dengan pekerjaan yang pernah dijanjikan? “Dia nggak saya carikan kerja, cuma saya kerjain saja sampai melahirkan, Pak!” jawab Jubaid enteng.

Untung nggak ada Jepang lewat, dikaplok kamu! (KR/Gunarso TS)