Hidup Subianto, 30 (bukan nama sebenarnya), benar-benar bak lebai malang. Sementara istri tercinta jadi TKI di Singapura, WIL-nya juga pergi ke Jakarta mencari kerja. Lalu dia di Cilacap suruh ngapain? Momong bayi yang ditinggalkan istri? Ogah! Enakan “gendong” WIL daripada gendong bayi. Tapi WIL yang mana pula? Stress memikirkan dirinya yang kesepian, Subianto nekad gantung diri bersama bayinya.
Bagi pria dewasa, istri tak ubahnya air bagi ikan. Ikan bisa mati
tanpa air. Begitu pula lelaki, tanpa istri bisa mati kedinginan. Maka
sejak wanita banyak diekspor jadi babu oleh rintisan Menaker Sudomo di
tahun 1983, banyak lelaki yang “tabrak sana tabrak sini” karena tak
tahan mati kedinginan. Maka meskipun TKI/TKW digelari pahlawan devisa,
sebetulnya di sisi lain banyak suami di tanah air yang mengalami devisit
moral.
Sampel terakhir mungkin Subianto dari Desa Karangtengah, Kecamatan
Sampang, Kabupaten Cilacap (Jateng). Di kala usia demikian muda dan
enerjik, dia harus dipisahkan dari istri, gara-gara memburu dollar
Singapura. Paling celaka, di rumah dia dibebani tugas baru sebagai “baby
siter”, karena saat sang istri berangkat ke Negeri Singa ninggal bayi
usia 1 bulan. Dan ini pula yang selalu dipertanyakannya, seperti apa
sistem rekrutmen TKI/TKW ini? Masa iya sih, wanita ninggal bayi merah
diberangkatkan juga.
Ya, sejak istri jadi TKI, Subianto benar-benar jadi “baby siter”
tanpa bayaran. Mandikan bayi, menyuapi makan, ganti popok dan
menggendong ke sana kemari; itu sudah menjadi rutinitas sehari-hari.
Bila si Upik menangis, Subianto pun langsung menghibur dengan lagu-lagu
yang diketahuinya. “Timang timang, anakku sayang, buah hati ayah ‘nda
seorang, jangan marah dan jangan merajuk sayang, jikalau bapak kesal
kamu kutendang………..”
Dua bulan jadi “baby siter” amatiran, Subianto kenal cewek baru,
namanya Narti. Dia masih tetangga desa juga. Dia begitu perhatian pada
si bayi, sehingga sering pula dia membantu momong. Bahkan ketika
hubungan itu sudah semakin akrab, Subianto yang kesepian mencoba gantian
menggendong bayi Narti kelahiran 23 tahun lalu. Ternyata yang
“digendong” tak keberatan juga, sehingga Subianto pun semakin mbagusi
macam Mbah Surip almarhum. “Tak gendong ke mana-mana, tak gendong ke
mana-mana, I love you full…..,” ujar Subianto yang sudah beberapa kali
“nggendong” Sunarti.
Ketika Narti sudah menjadi WIL-nya, hidup Subianto tak merasa
kesepian lagi. Tapi dasar nasib, baru sebulan bertabur asmara, mendadak
Sunarti pamitan bahwa dapat pekerjaan baru di Jakarta. Ingin sebetulnya
Subianto melarang, tapi tak kuasa. Maka ketika sang WIL benar-benar
meninggalkannya, dia hanya bisa berurai air mata. Inilah patah hati kali
pertama sepanjang hidupnya.
Seminggu ditinggal WIL, dan kini harus bergelut jadi “baby siter”
kembali, sungguh membuat diri Subianto stress berkepanjangan. Kenapa
Tuhan menciptakan dirinya jadi “lebai malang”? Ingin dia bunuh diri,
tapi anak semata wayangnya siapa yang ngurus? Pusing tak memperoleh
solusi, akhirnya Subianto memilih menggantung si Upik di kamar. Habis
itu dia menyusul gantung diri pula di sampingnya. Jadilah ayah dan anak
kompak kembali ke alam baka. Tinggalah keluarga Subianto yang kelabakan
dibuatnya.
Dimakamkan satu liang lahat, nggak? (HS/Gunarso TS)
Source : POSKOTAnews.com
============================
Produk CNI adalah “Produk Kualitas Menengah Atas, Harga Menengah Bawah”
Untuk info & Pemesanan :
HUB : MUHAMAD IPANGO
Telp / Hp : 021-7816369 / 0815 2363 9145 / 0816 160 5367
TOKO SEHAT ONLINE