lazada

Rabu, 09 Januari 2013

Jilbabnya Bukan Karena Hidayah


TIBA-TIBA Heryani, 27, memakai jilbab. Apakah dia sudah menerima hidayah Illahi? Ternyata bukan, dia memakainya karena sekedar penutup kepala. Maklum, baru saja dia jadi korban KDRT suaminya. Memang keterlaluan si Muamar,  29, ini. Dengar isyu bininya selingkuh langsung kepala Heryani digunduli mirip Pak Ogah.

Jilbab dikenakan kaum Hawa, umumnya ketika mereka sudah menerima hidayah Illahi. Namun di era gombalisasi ini, banyak juga yang sebatas mode, bahkan sekedar untuk menutup cacat di kepala, misalnya rambutnya keriting macam Negro Afrika. Paling menyedihkan, jilbab juga menjadi alat “politik” orang-orang yang terlibat urusan pengadilan. Misalnya Neneng Sri Wahyuni dan Yulianis, mendadak berjilbab dan bercadar ketika hadir jadi terdakwa/saksi dalam sidang Tipikor.

Heryani memang boleh dikata menjadi wanita tak putus dirundung malang. Lima tahun menjadi istri Muamar, tak pernah memperoleh kebahagiaan setitikpun.  Yang ada cuma penderitaan lahir dan batin, di samping harus harus memberi nafkah batin suaminya. Maka sungguh aneh kelakuan Muamar ini. Saat kelonan bersama istri nanpak begitu mesra, tapi beberapa saat kemudian sudah menjadi galak macam serigala, menerkam dan menempeleng seenaknya saja.

Heryani menikah melawan Muamar memang atas pilihan sendiri. Waktu keduanya pacaran, seluruh keluarga menyatakan “disenting opinion” alias beda pendapat atau tak setuju pada pilihan putrinya. Tapi namanya orang lagi kesengsem, Heryani meyakinkan bahwa Muamar adalah pria idaman sekaligus tokoh perubahan. Maksudnya, bersama Muamar, semuanya bisa. Bisa jadi pengayom keluarga, bisa memberikan jaminan ekonomi yang layak buat anak istri.

Ternyata Muamar omdo (omong doang). Jadi suami Heryani tidak juga bisa mewujudkan janjinya saat “kampanye” dulu. Memang dia juga suka blusukan mirip Jokowi, tapi bukan ke pasar dan kali, melainkan ke kantor dan pabrik untuk cari kerja. Sialnya, tak ada yang diterima. Walhasil untuk menafkahi keluarganya, dia hanya kerja di PT Tempo dalam arti tempo-tempo kerja, tempo-tempo nganggur; alias pekerja serabutan.

Orang lapar bawaannya memang emosi melulu. Muamar pun demikian. Penghasilan tak menentu, sebentar-sebentar disalahkan istri dan didorong-dorong cari kerjaan yang tetap, menjadikan dia mudah marah. Maka salah sedikit kata-kata istri, pukulan mendarat, dari yang bentuk swing sampai jab. Tentu saja tubuh Heryani jadi bonyok. Namun demikian dia tak mau mengadu pada orangtua dan keluarganya. Bila kelihatan bermuram durja dan ditanya orangtua, jawabnya macam pejabat Orde Baru saja: “Nggak apa-apa kok, situasi aman terkendali!”

Nah, karena di rumah tak menemukan kebahagiaan, Heryani kemudian larut dalam belaian lelaki lain yang bisa menjanjikan sesuatu. Apa janji itu tidaklah jelas. Yang pasti beberapa hari lalu dia diajak lelaki masuk hotel. Celakanya, aktivitas Heryani di lobi hotel tertangkap mata tetangganya di  Kavling Abadi Jaya, Sagulung, Batam. Laporan itu segera sampai ke suaminya. Tentu saja Muamar jadi marah. Masuk hotel berarti selingkuh. “Kurang ajar, rumahtangga baru satu pelita, sudah berani menyeleweng,” maki Muamar.

Kemarin itu hari paling sial bagi Heryani. Baru saja suami tiba di rumah langsung main gebuk dan pukul istrinya tanpa ba bi bu. Muamar menuduh istri selingkuh. Tapi ketika Heryani menampik, justru diambilnya gunting dan rambut hitam dan panjang istrinya dipotong habis sampai gundul. Maka dengan menangis terisak dan pakai jilbab sebagai penutup kepala, Heryani mendatangi Polres Batam untuk mengadukan suaminya.

Pak Ogah masih mending, dapat cepek. (JPNN/Gunarso TS)
Source : POSKOTAnews.com

============================

Produk CNI adalah “Produk Kualitas Menengah Atas, Harga Menengah Bawah”    

Untuk info & Pemesanan :  
HUB : MUHAMAD IPANGO  
Telp / Hp : 021-7816369 / 0815 2363 9145 / 0816 160 5367


  Kunjungi kami di :
TOKO SEHAT ONLINE