ANEH juga ya, yang “enak” hanya dua orang, tapi yang repot jadi orang sekampung. Apa itu? Tanya saja pada Wiwin – Wondo pelakunya. Gara-gara mereka kelonan tengah malam, warga langsung menggerebeknya. Tapi saat mau ditangkap, sang cowok malah nantang. Seluruh penduduk pun tumplek, sampai polisi turun tangan.
Jika pasangan suami istri yang sah, mau kelonan 24 jam nonstop pun
takkan ada warga yang mengganggu, karena itu memang halalan tayiban wa
asyikan. Tapi jika bukan istri atau suami dikeloni juga, bahaya! Sebab
meski yang berkepentingan lila dan legawa, belum tentu penduduk
sekitarnya bisa menerima. Soalnya itu sama saja melecehkan harga diri
orang sekampung. Menangnya kampung bordil apa, sehingga laki wanita
boleh mengumbar nafsu tanpa ikatan resmi?
Ini yang terjadi di Dusun Rembukidul, Desa Japanan, Kecamatan
Kemlagi, Kabupaten Mojokerto (Jatim) beberapa hari lalu. Ratusan orang
menyerbu rumah yang ditinggali Bu Guru Wiwin, karena gendakannya begitu
mrengkel (keras kepala). Sudah diingatkan jangan cari gara-gara di
kampung orang, eh malah menantang berkelahi. Coba kalau tak ada polisi
yang datang mengamankannya, niscaya bakal ada abon daging orang cap
Wondo manufacture.
Guru Wiwin yang tinggal di kampung itu, memang berwajah dan berbodi
lumayan, sehingga lelaki normal cap apapun mudah tertarik dengannya.
Cilakanya, Wondo yang sudah punya anak istri di rumah, tertarik juga
pada kembang desa itu. Makin cilaka lagi, Wiwin sendiri ngethek wae (tak
malu) dipacari lelaki yang sudah punya buntut (baca: anak). Atau
mungkin karena Bu Guru sangat tertarik pada “buntut” antik Wondo yang
kata Didi Kempot digoyang serrr serrr…… aduh penake?
Rumah yang ditinggali Wiwin memang rumah kos-kosan, sehingga dia bisa
bebas membawa lelaki kapan saja, tanpa sungkan pada pemilik rumah. Cuma
masalahnya, tak malu pada pemilik rumah, mustinya malu pada tetangga
kanan kiri. Ternyata tidak. Ditegur orang sekitarnya hanya nggah-nggih
ra kepanggih (janji doang). Habis itu kembali Bu Guru memasukkan Wondo
ke kamarnya. Mau ngapain? Nggak tahulah. Namanya juga oknum guru, kalau
nggak membuat “rencana pelajaran” ya rencana permesuman.
Merasa tegurannya tak digubris, Pak RT unjuk gigi. Beberapa hari lalu
kamar Wiwin didatangi dan diminta Wondo yang bertamu tengah malam itu
segera pulang. Ee, ternyata Wondo-nya yang tersinggung. Dia bukannya
merasa bersalah, malah menantang Pak RT untuk duel sebagai lelaki lawan
lelaki. Wah, warga pun jadi solider. Mereka tak terima RT-nya
dilecehkan, penduduk juga tidak terima kampungnya dijadikan arena bordil
semaunya. “Gepuki wae, gepuki wae (hajar saja),” kata warga yang
jumlahnya makin banyak dan makin banyak.
Tentu saja Wondo – Wiwin jadi panik. Kalau saja polisi tak segera
datang, mungkin sudah dadi iwak (terbunuh) keduanya. Polisi segera
menerobos kerumunan masa dan mengingatkan jangan main hakim sendiri.
Setelah saling dorong antara massa dan polisi, pasangan mesum itu bisa
dinaikkan ke mobil polisi dan dilarikan ke Polsek Kemlagi. Dalam
pemeriksaan Wondo mengakui bahwa memang sudah punya anak istri. Tapi
kenapa masih pacari perempuan lain? Katanya pada polisi, yang dipacari
mau kok pada repot?
Woo, jan dengkule amoh! (JPNN/Gunarso TS)
Source : POSKOTAnews.com
============================
Produk CNI adalah “Produk Kualitas Menengah Atas, Harga Menengah Bawah”
Untuk info & Pemesanan :
HUB : MUHAMAD IPANGO
Telp / Hp : 021-7816369 / 0815 2363 9145 / 0816 160 5367
TOKO SEHAT ONLINE