ISTRI cap apa yang takkan mengkap-mengkap ketika dengar kabar suami kelonan dengan WIL? Itu pula sikap yang ditampakkan Ny. Asmiati, 38 (bukan nama sebenarnya), dari Situbondo (Jatim). Begitu dengar Marjuki, 40 (bukan nama sebenarnya), suaminya begituan dengan wanita lain, dia langsung memimpin sendiri Panitia Kerja (Panja) Penggerebekan di rumah mesum.
Kaum lelaki memang termasuk makhluk “pemakan segala”. Meski di rumah
sudah punya istri cantik, saat ketemu wanita lain yang lebih cantik,
pikirannya langsung macem-macem. Kalau bisa, maunya “dimakan” sekalian.
Cuma karena makhluk homo sapiens itu tak pernah lepas dari keterbatasan,
tak semuanya bisa dicapai. Yang mujur, punya kemampuan materil dan
onderdil, koleksi bini sampai empat. Tapi yang nafsu besar tenaga
kurang, bini cuma satu ya habis dibolak-balik macam serabi digoreng.
Marjuki rupanya termasuk lelaki seperti itu. Bininya di rumah lumayan
cantik. Tapi ketika berkenalan dengan wanita cantik di sebuh bank,
tingkahnya jadi macem-macem. Dibanding dengan istrinya, perempuan
kenalan baru itu memang di atas segalanya. Meski tidak putih-putih amat,
dengan baju gamis kaos warna coklat, dengan kerudungnya yang warna
kuning, sepertinya kok serasi sekali. Mulai deh pendulum Marjuki kontak,
blip, blip…..!
Ketika tahu bahwa Hamidah, 28 (bukan nama sebenarnya), ini seorang
janda beranak satu, Marjuki merasa peluang terbuka di depan mata.
Peluang apa? Bisnis? Bukan, tapi peluang untuk mendekati. Siapa tahu ada
jodoh, sehingga perkenalan tak sebatas temu muka dan temu suara lewat
HP, tapi juga temu ranjang. Bukankah dalil Pitagoras mengatakan, apa
bila dua kubu sudah membangun koalisi, maka harus dilanjutkan dengan
eksekusi.
Marjuki memang sosok lelaki yang pintar bergaul dan menggauli. Maka
semingggu kenal dengan janda Hamidah, minggu berikutnya dia sudah
berhasil menggaulinya bak suami istri. Sejak itu dia jadi semakin rajin
ke rumah si janda yang terletak di Desa Duwet Kecamatan Panarukan itu.
Asal sepulang dari rumah Hamidah, tubuhnya nampak lebih fit dan sehat
wal afiat. Maklum, ibarat mobil kan dia baru saja tune up dan sporing
balansing, sekalian amplas platina!
Anehnya, tune up mobil biasanya kan siang hari. Tapi Marjuki ini
setiap tune up ke rumah janda Hamidah selalu pukul 24.00 ke atas.
Mungkin menunggu saatnya sirep wong (orang tidur). Dan itulah memang
bagian kekejaman Marjuki yang tiada tara. Bayangkan, malam itu Hamidah
sudah tidur nyenyak, dibangunkan hanya sekedar untuk ditiduri. Tapi
janda muda yang berbodi sekel nan cemekel itu tak pernah menolak,
karenma dia juga sangat mencintai PIL-nya.
Terlalu sering Marjuki menyambangi rumah sijanda, warga lama-lama
jadi curiga. Sosok wajah di tengah malam itu lalu dipelajari dan
diselidiki. Hasilnya, ooo….ternyata dia warga desa lain, yang ternyata
suami daripada Ny. Asmiati. Penduduk pun semakin heran, punya istri
cantik seperti Asmiati, kenapa lelaki kok selingkuh juga. “Biar opor
ayam, kalau setiap hari itu itu melulu, ya bosan juga,” kata warga yang
lain.
Dalam rangka amar makruf nahi munkar, warga sepakat untuk menggerebek
pasangan mesum itu. Dan itulah yang terjadi, beberapa saat setelah
Marjuki masuk ke dalam, Ny. Asmiati istrinya lalu disusul, diberi tahu
sesungguhnya apa yang terjadi. Bisa dibayangkan bagaimana
mengkap-mengkapnya dada wanita ini. Malam itu juga dia memimpin langsung
Panja Penggerebegan di Desa Duwet.
Tak diketahui jelas, apakah “pertandingan bola” Marjuki – Hamidah ini
sudah turun minum, baru pemanasan atau sudah terdengar peluit panjang.
Yang pasti, begitu pintu digedor-gedor, Marjuki dan Hamidah keluar
dengan wajah seputih mori cap Sen. Lebih-lebih ketika di situ ada pula
Asmiati istrinya. Hampir saja warga mengaraknya ke balai desa. Tapi
karena dicegah tokoh masarakat, mereka dibawa ke balai desa dengan
mobil.
Opsinya cuma dua, ke kantor polisi, apa poligami? (TH/Gunarso TS)
Source : POSKOTAnews.com