UNTUK urusan selangkangan, kaum lelaki memang suka lepas kendali. Ambil contoh Panjul, 27 (bukan nama sebenarnya), dari Surabaya ini. Ditinggal dua minggu istri pulang kampung, dia jadi kelimpungan. Adik ipar yang katanya mau dicarikan kerja, pada akhirnya malah “dikerjain”. Untung baru sampai tingkat “kecamatan” belum masuk wilayah “balaikota”.
Jika memiliki suami yang lumayan “agresip”, jangan sekali-sekali
meninggalkan dia sampai terlalu lama. Bisa gawat ujung-ujungnya, apabila
dia beriman sangat tipis. Soalnya, bila sedang “kehausan” sedang
“termos” tak di tempat, dia bisa minum ke mana-mana, bila tak mau
disebut tabrak sana tabrak sini. Kalau yang “diminum” bersedia, masih
mending. Tapi jika korbanya enggan “diseruput”, polisi pasti menjemput.
Sebagai keluarga muda, Panjul yang tinggal di Genteng, Surabaya ini,
biasa minum air “termos” minimal seminggu 3 kali. Padahal Katrin, 25
(bukan nama sebenarnya), sebagai istri termasuk jenis termos “Sun
Flowers” yang ada tutup gabusnya, sehingga panasnya awet. Katanya, minum
air “termos” yang masih panas, di tubuh terasa kemepyar, dan semangat
kerja menjadi meningkat, rosa-rosa macam Mbah Maridjan alm.
Namun apa daya, sudah dua minggu ini istrinya pulang kampung.
Otomatis, selama dua minggu dia tak ketemu “termos” yang panasnya selalu
kemebul. Mau minum di luaran tidak berani, di samping tidak tahu
cara-caranya. Walhasil selama dua minggu pula, Panjul di kamar hanya
gedabigan (gelisah) tak keruan. Soal makan dan minum dalam arti
sebenarnya memang mudah bisa ditanggulangi, tapi soal minum “termos” Sun
Flowers itu?
Di kala Panjul dalam puncaknya rasa sepi, adik iparnya si Karsih, 22
(bukan nama sebenarnya), datang ke Surabaya, atas memo Katrin istrinya.
Katanya, supaya si adik ipar ini dicarikan kerja di Surabaya, jadi
pembantu juga tak apa. Soalnya di kampung semakin sulit mencari sumber
ekonomi, sementara suami Karsih juga masih jadi lelaki penganggur.
“Selama aku belum pulang, biar Karsih yang mengurus dirimu,” begitu kata
istri dalam suratnya.
Lha ini! Tugas rumahtangga enak saja didelegasikan pada pihak ketiga.
Soal tugas olah-olah (masak), umbah-umbah (mencuci) memang bisa
ditanggulangi Karsih. Namun soal yang mlumah (melayani di ranjang), apa
itu bisa diambil alih juga? Panjul sejenak termenung, pandangan matanya
menyapu seluruh tubuh sang adik ipar. E lha dalah, ternyata Karsih
memang cantik juga, bahkan melebihi si kakak yang termos Sun Flowers
itu. Kontan jakun Panjul jadi turun naik, sementara ukuran celananya
berubah kontan.
Mengacu pada ungkapan bahwa ipe (ipar) itu sesungguhnya penjabaran
kata: iki ya penak (ini enak juga), mendadak Panjul jadi lupa daratan.
Saat Karsih lengah, langsung didekap dari belakang, dan payudaranya yang
a la Yulia Perez itu habis “diperah”-nya macam industri susu di
Boyolali. Kontan Karsih memberontak, dan hari itu juga dia kembali ke
kampung. Adik Katrin ini sadar betul, bila tidak segera menghindar,
lama-lama penjarahan itu bisa meningkat, dari tingkat “kecamatan” bisa
langsung “balaikota”.
Di kampung tentu saja dia mengadu pada suami dan orangtua. Soal
makanan masih bisa bilang “kacek klerek karo sedherek” (baca: mengalah
karena dengan keluarga). Tapi soal penjarahan macam Panjul ini harus
ditindak tegas. Karenanya suami Karsih segera lapor polisi dan Panjul
pun ditangkap petugas Polsek Genteng. Dalam pemeriksaan dia mengaku
terus terang, selama ditinggal istri dia sangat kesepian.
Kalau sepi, kenapa nggak teriak-teriak saja, Njul? (HS/Gunarso TS)
Source : POSKOTAnews.com