DALAM lelagon tembang Jawa ada ungkapan yang berbunyi: Narayana
maling putri konangan Bambang Permadi. Tapi nasib Nuradi, 30, dari
Jember ini tak sebagus Narayana dalam kisah perwayangan itu. Soalnya,
tengah “maling putri” malah konangan satpam. Ya digebukilah, orang
Sumiati, 28, masih punya suami kok dicemplak.
Cerita perwayangan lakon “Kresna Kembang” menceritakan, bagaimana
Narayana mencoba mencuri Dewi Rukmini dari negeri Kumbina. Saat konangan
(ketahuan) oleh Bambang Permadi, Kresna menduplikat diri menjadi dua
Kresna. Akhirnya Kresna palsu yang berasal dari kembang itulah yang
dihajar habis oleh prajurit Kurawa, sehingga kembali ke wujud aslinya
sebagai kembang. Kresna asli bahagia dengan Rukmini sementara Durna dan
Kurawa hanya capek deh………..
Agaknya Nuradi dari Jember (Jatim) ini mau niru-niru Prabu Kresna
dari Dwarawati. Berhasil memang dia nyolong putri. Sialnya, saat
dirahabi (digauli) itu putri yang bernama Ny. Sumiati, eh…..ketahuan
Satpam kompleks perumahan. Akhirnya Nuradi digebuki. Karena dia memang
Nuradi asli bukan duplikat dari kembang, ya babak belurlah. Urusannya
pun menjadi ganda, ya jadi urusan rumahsakit dan kelak jadi urusan
polisi (ditahan).
Nuradi warga dukuh Condro Kelurahan Kaliwates, Jember, sebenarnya
sudah punya istri sendiri. Sayang, jalinan rumahtangga tidak dalam
situasi yang kondusif, karena pasangan itu kini sudah pisah rumah dan
siap pecah kongsi di Pengadilan Agama Jember. Dalam kondisi demikian,
dengan sendirinya Nuradi tak pernah lagi dapat alokasi cinta kasih dari
istri. Tengah malam hanya gedabigan (gelisah) sendiri di kamar. Miring
ke kiri ketemu tembok, miring ke kanan hanya ketemu guling tanpa makna.
Lelaki normal dipagut kesepian berkepanjangan, jelas Nuradi sangat
tersiksa luar dalam. Dalam situasi rumahtangga yang demikan labil, dia
berkenalan dengan Ny. Sumiati yang masih tetangga kampung. Meski sudah
tahu status wanita itu, yakni punya suami yang sah, terdorong oleh rasa
sepinya yang sangat multidimensi, terpaksa ditelateni juga. Apa lagi
sepertinya Sumiati memberi angin, sehingga Nuradi semakin pede menjadi
praktisi selingkuh pemula.
Sebetulnya Sumiati sendiri sangat kesepian, karena suami juga jarang
pulang. Maka kehadiran lelaki tetangga desa ini sangat menghibur. Dari
sekedar ngobrol-ngobrol di ruang tamu, selanjutnya Nuradi “dijamu” dalam
kamar pribadinya. Di atas ranjang, Nuradi dipersilakan menikmati
rampadan (hidangan) yang berupa tuan rumah itu sendiri dalam kondisi
bugil macam ingkung ayam untuk kenduri.
Memperoleh “menu” yang spektakuler seperti itu, menjadikan Nuradi
ketagihan. Bila situasinya demikian mantap terkendali, pasti dia
meluncur ke rumah Sumiati di Kompleks Graha Citra Kaliwates. Nanti
pulangnya baru bedug subuh. Ketika orang-orang berbondong-bondong ke
mesjid untuk menggapai surga, Nuradi justru sudah memperoleh “surga
dunia” dari Ny. Sumiati.
Beberapa hari lalu kembali Nuradi hendak bertamu tengah malam ke
rumah gendakannya. Tapi sial kali ini, saat dia mau masuk rumah kepergok
Satpam yang sedang patroli. Kalau maling, masak tuan rumah
menyambutnya. Tapi kalau tamu, ngapain datang tengah malam, sedang suami
tak di rumah? Beberapa saat kemudian Satpam mencoba mengintip, ternyata
mereka sudah dalam kamar, besetubuh bak suami istri saja. Kontan Satpam
itu memberitahu warga dan digerebek. Nuradi yang sedang maling putri
itu akhirnya babak belur dikeroyok penduduk.
Mau maling putri malah jadi urusan polisi. (SR/Gunarso TS)
Source : POSKOTAnews.com