MENGENCANI bini orang jelas perbuatan aib dan terkutuk. Tapi di Jember (Jatim), Kustadi, 40, yang kepergok menyetubuhi istri tetangga bukan kabur, malah membacok Sumadi, 35, suami sang WIL hingga luka parah. Keruan saja warga jadi emosi, sehingga Kustadi pun dihajar hingga termehek-mehek.
Benarkah istri cantik selalu membahagiakan bagi suami selaku user
(pengguna)-nya? Belum tentu. Yang terjadi jusru membuat pemiliknya tidak
merasa tenang. Bini jelek ditinggal sebulan juga aman-aman saja. Tapi
bini cakep, ditinggal sebulan ya bisa ludes luar dalam itu barang.
Maklumlah, di era gombalisasi ini di mana-mana selalu terdapat penjahat
kelamin yang mencari mangsa.
Salah satu lelaki penjahat kelamin itu mungkin si Kustadi dari Desa
Trigonco, Asembagus, Jember. Di rumah sudah ada bini yang selalu siap
memberi pelayanan 24 jam, tapi melihat perempuan tetangga yang lumayan
melek (cantik), matanya masih ijo juga. Ijo dalam arti sekedar
memelototi, itu masih mending. Yang terjadi, di samping mengagumi,
Kustadi berkeinginan pula untuk…..menggauli sekaligus. Soalnya dia punya
prinsip, hasrat yang menyala tanpa penyaluran justru hanya bikin
jerawat.
Di kampungnya nama Kustadi sudah cukup dikenal sebagai alap-alap
wanita. Pantas saja istrinya di rumah kurus kering macam welut grinting,
karena selalu memikirkan ulah suaminya. Selama ini Kustadi memang belum
pernah ketanggor. Tapi itu kan bukan jaminan bahwa ke depannya akan
selalu aman saja dalam debutnya sebagai “teroris” rumahtangga orang.
Bukankah kesabaran orang juga ada batasnya.
Kustadi memang punya modal untuk itu. Duit? Bukan, memangnya mau
nyapres harus punya duit banyak? Untuk nyalon manten –kalau terpaksa–
Kustadi hanyua modal tampang dan micara (pinter omong) untuk lobi-lobi
setengah kamar, sebelum masuk dalam kamar tentunya. Dan selama ini,
kata-kata Kustadi memang sangat membius, sehingga wanita yang didekati
langsung bertekuk lutut dan kemudian berbuka paha.
Setelah berhasil menaklukkan sejumlah perempuan, kini Kustadi
menjadikan Ny. Harningsih, 35, sebagai program unggulannya. Wanita ini
di samping ayu bodinya memang masuk kategori: enak dikeloni dan perlu.
Dengan demikian secara dikit demi sedikit dia mencoba mendekati istri
Sumadi ini. Apa tidak takut pada suaminya? Kenapa takut? “Sepanjang
perempuan itu sudah simpati pada kita, mustakhil dia akan membuka
skandal dirinya sendiri,” kata Kustadi memberi resep.
Begitulah, ketika Kustadi beroleh kesempatan ketemu Harningsih,
diplomasi don-yuannya mulai diterapkan. Dan ternyata manjur juga.
Terbukti “sisi gelap” Kustadi yang selama ini sudah sangat dikenal,
menjadikan bini Sumadi ini jadi lupa. Selanjutnya, ketika diajak
jalan-jalan bersamanya, Harningsih juga tidak menolak, termasuk ketika
diajak masuk hotel. Maka di tempat inilah, kali pertama Kustadi berhasil
menggumuli Harningsih yang sekel nan cemekel itu.
Hari-hari lain perselingkuhan jalan terus, sampai kemudian
dilanjutkan di rumah Harningsih sendiri. Tentu saja semua ini dilakukan
saat Sumadi selaku pemegang otoritas rumahtangga tak di tempat. Namun
sial rupanya, di saat Harningsih – Kustadi berbagi cinta dengan serunya,
mendadak Sumadi masuk kamar. Tertangkap dalam kondisi demikian basah,
menjadikan Kustadi nekad. Sebilah golok yang ada di dinding disambar dan
dibacokkan ke tubuh Sumadi.
Sebelum dibacok, suami malang ini sempat berteriak “maling……”,
sehingga para tetangga langsung berdatangan. Tahu pelakunya si biang
kerok, warga jadi emosi. Kustadi dikeroyok ramai-ramai, sampai babak
belur. Sementara Sumadi dilarikan ke rumah sakit, beberapa menit
kemudian Kustadi juga menyusul dibawa ke rumahsakit yang sama untuk
diobati luka masing-masing.
Bedanya, setelah sembuh Kustadi masuk sel polisi. (IC/Gunarso TS)
Source : POSKOTAnews.com