lazada

Rabu, 19 Desember 2012

Dari Kampung Masuk Sarung


KURANG apa kebaikan Husni, 50, sebagai paman? Ponakan yang nganggur di kampung dipanggilnya untuk ikut kerja bersamanya. Tapi begitu lihat istri paman cukup cantik, malah Jumadi, 38, tega menggauli. Ini kan sama saja dari kampung masuk sarung. Paling kurang ajar, ponakan tersebut tega pula membunuh sang paman demi mendapatkan istrinya.

Pepatah lama mengatakan, air susu dibalas air tuba. Maksudnya adalah, kebaikan justru dibalas dengan kejahatan. Agaknya Jumadi belum pernah menerima pencerahan semacam ini, sehingga dia tak bisa menghargai kebaikan pihak lain, termasuk oleh paman sendiri. Ketika nafsu telah menguasai jiwa, apa yang menjadi niatan hati harus terlaksana. Tak peduli bakal merugikan pihak lain, apa lagi terhadap orang yang telah menolong dirinya. Benar-benar Jumadi seperti dongeng banteng dan buaya.

Kisah asmara berlumur darah itu dimulai saat Husni warga Kelurahan Pantai Amal, Kecamatan Tarakan Timur (Kaltim) mendengar kabar bahwa ponakannya, Jumadi dalam kondisi menganggur di kampung. Sebagai nelayan pencari rumput laut yang cukup berhasil, dia ingin ponakan ikut kerja dengannya. Maka kemudian Muslikah, 40, istrinya disuruh menjemput Jumadi ke kampung. “Punya anak istri kok nganggur, kasihan dia.” Kata Husni kepada sang istri.

Seminggu kemudian Jumadi memang berhasil dibawa ke Tarakan, dan ikut berkerja sebagai pencari rumput laut bersama paman. Hasilnya cukup lumayan, di akhir bulan bisa mengirimi nafkah bagi keluarganya di kampung. Cuma sayangnya, nafkah untuk anak istri bisa dikirim, nafkah batin Jumadi sendiri selama sebulan ini tertelantarkan. Padahal sebagai lelaki normal, dia masih sangat butuh kehangatan wanita.

Di kala dia sangat kesepian, kok Ny. Muslikah sepertinya suka memancing-mancing dirinya untuk menuju hil-hil yang mustahal. Kebetulan pula, meski istri paman ini lebih tua darinya, tapi penampilannya masih kelihatan cantik dan STNK pula. Awalnya Jumadi bisa menghindari pancingan itu, karena dia masih ingat bahwa Muslikah adalah istri paman sendiri. Jadi setiap godaan datang dari kiri, dia memalingkan muka ke kanan. Begitu pula sebaliknya.

Tapi lama-lama, karena jauh dari istri sangat menyiksa diri, Jumadi jadi lupa. Di kala Muslikah kembali memancing-mancing, ditubruknya sekalian. Ternyata itu memang maunya istri paman. Maka di kala Husni masih sibuk menjemur rumput laut di pantai, Jumadi di kamar malah menggumuli istri pamannya. Ternyata hasilnya sama-sama puas. Bagi Muslikah, ponakan satu ini memang penakan, karena masih rosa-rosa macam Mbah Marijan. Sedangkan suaminya selama ini, misalkan TNI pangkatnya hanya: peltu…….

Jumadi sudah sukses besar, dari kampung masuk sarung. Dan sejak itu, di sela kesibukan mencari rumput laut, bila situasi mengizinkan Jumadi selalu berburu “rumput” di tubuh istri sang paman. Lama-lama ketidakberesan hubungan Jumadi – Muslikah itu tercium. Namun sebagai paman yang baik, Husni hanya menasihati keduanya untuk jangan berbuat terlalu jauh. Husni memang tidak tahu sama sekali bahwa hubungan keduanya sudah terlalu jauuuuuh.

Teguran paman tersebut bukannya membuat Jumadi sadar, bahkan kemudian dianggapnya sebagai penghambat. Keduanya lalu bersepakat untuk melenyapkan. Teorinya, bila Husni sudah mati, keduanya bisa menikah resmi dan melanjutkan usaha rumput laut. Begitulah Jumadi, karena godaan wanita, dia menjadi seperti kisah buaya yang ditolong banteng di tengah sungai.

Husni memang berhasil dibinasakan, dengan kesan dibunuh orang lain. Tapi polisi tak semudah itu dibongi. Beberapa hari lalu dia berhasil menangkap Jumadi berikut Muslikah. Awalnya memang menolak tuduhan polisi. Tapi bukti-buktinya sulit dibantah, sehingga Jumadi pun mengaku, “Saya memang membunuh paman bekerja sama dengan istrinya.” Nah, gara-gara pembunuhan berencana ini, hukuman penjara 15 tahun telah menanti.

Enaknya hanya sesaat, menderitanya sampai kiamat. (RT/Gunarso TS)
Source : POSKOTAnews.com