KURANG apa kebaikan Husni, 50, sebagai paman? Ponakan yang nganggur di kampung dipanggilnya untuk ikut kerja bersamanya. Tapi begitu lihat istri paman cukup cantik, malah Jumadi, 38, tega menggauli. Ini kan sama saja dari kampung masuk sarung. Paling kurang ajar, ponakan tersebut tega pula membunuh sang paman demi mendapatkan istrinya.
Pepatah lama mengatakan, air susu dibalas air tuba. Maksudnya adalah,
kebaikan justru dibalas dengan kejahatan. Agaknya Jumadi belum pernah
menerima pencerahan semacam ini, sehingga dia tak bisa menghargai
kebaikan pihak lain, termasuk oleh paman sendiri. Ketika nafsu telah
menguasai jiwa, apa yang menjadi niatan hati harus terlaksana. Tak
peduli bakal merugikan pihak lain, apa lagi terhadap orang yang telah
menolong dirinya. Benar-benar Jumadi seperti dongeng banteng dan buaya.
Kisah asmara berlumur darah itu dimulai saat Husni warga Kelurahan
Pantai Amal, Kecamatan Tarakan Timur (Kaltim) mendengar kabar bahwa
ponakannya, Jumadi dalam kondisi menganggur di kampung. Sebagai nelayan
pencari rumput laut yang cukup berhasil, dia ingin ponakan ikut kerja
dengannya. Maka kemudian Muslikah, 40, istrinya disuruh menjemput Jumadi
ke kampung. “Punya anak istri kok nganggur, kasihan dia.” Kata Husni
kepada sang istri.
Seminggu kemudian Jumadi memang berhasil dibawa ke Tarakan, dan ikut
berkerja sebagai pencari rumput laut bersama paman. Hasilnya cukup
lumayan, di akhir bulan bisa mengirimi nafkah bagi keluarganya di
kampung. Cuma sayangnya, nafkah untuk anak istri bisa dikirim, nafkah
batin Jumadi sendiri selama sebulan ini tertelantarkan. Padahal sebagai
lelaki normal, dia masih sangat butuh kehangatan wanita.
Di kala dia sangat kesepian, kok Ny. Muslikah sepertinya suka
memancing-mancing dirinya untuk menuju hil-hil yang mustahal. Kebetulan
pula, meski istri paman ini lebih tua darinya, tapi penampilannya masih
kelihatan cantik dan STNK pula. Awalnya Jumadi bisa menghindari
pancingan itu, karena dia masih ingat bahwa Muslikah adalah istri paman
sendiri. Jadi setiap godaan datang dari kiri, dia memalingkan muka ke
kanan. Begitu pula sebaliknya.
Tapi lama-lama, karena jauh dari istri sangat menyiksa diri, Jumadi
jadi lupa. Di kala Muslikah kembali memancing-mancing, ditubruknya
sekalian. Ternyata itu memang maunya istri paman. Maka di kala Husni
masih sibuk menjemur rumput laut di pantai, Jumadi di kamar malah
menggumuli istri pamannya. Ternyata hasilnya sama-sama puas. Bagi
Muslikah, ponakan satu ini memang penakan, karena masih rosa-rosa macam
Mbah Marijan. Sedangkan suaminya selama ini, misalkan TNI pangkatnya
hanya: peltu…….
Jumadi sudah sukses besar, dari kampung masuk sarung. Dan sejak itu,
di sela kesibukan mencari rumput laut, bila situasi mengizinkan Jumadi
selalu berburu “rumput” di tubuh istri sang paman. Lama-lama
ketidakberesan hubungan Jumadi – Muslikah itu tercium. Namun sebagai
paman yang baik, Husni hanya menasihati keduanya untuk jangan berbuat
terlalu jauh. Husni memang tidak tahu sama sekali bahwa hubungan
keduanya sudah terlalu jauuuuuh.
Teguran paman tersebut bukannya membuat Jumadi sadar, bahkan kemudian
dianggapnya sebagai penghambat. Keduanya lalu bersepakat untuk
melenyapkan. Teorinya, bila Husni sudah mati, keduanya bisa menikah
resmi dan melanjutkan usaha rumput laut. Begitulah Jumadi, karena godaan
wanita, dia menjadi seperti kisah buaya yang ditolong banteng di tengah
sungai.
Husni memang berhasil dibinasakan, dengan kesan dibunuh orang lain.
Tapi polisi tak semudah itu dibongi. Beberapa hari lalu dia berhasil
menangkap Jumadi berikut Muslikah. Awalnya memang menolak tuduhan
polisi. Tapi bukti-buktinya sulit dibantah, sehingga Jumadi pun mengaku,
“Saya memang membunuh paman bekerja sama dengan istrinya.” Nah,
gara-gara pembunuhan berencana ini, hukuman penjara 15 tahun telah
menanti.
Enaknya hanya sesaat, menderitanya sampai kiamat. (RT/Gunarso TS)
Source : POSKOTAnews.com