PEGAWAI kantoran jelas lebih berprospek daripada sopir truk. Maka ketika tetangganya yang pegawai itu ngglibet terus, Yayuk, 22, jadi larut dalam kemesuman. Celakanya, baru saja mereka tuntas tasss melepas hasrat, eh suaminya yang sopir truk itu pulang. Kalaplah Bondan, 25, sehingga Gimun, 30, yang subita (suka bini tetangga) itu dibabat clurit hingga wasalam.
Keanekaragaman profesi para penghuninya menjadikan dunia bergerak
dinamis. Yang jadi polisi, tetap fokus pada tugas kebayangkaraan. Yang
jadi anggota DPR, juga benar-benar mewakili rakyat, jangan studi banding
melulu. Begitu pula yang jadi pegawai atau sopir truk, jika mereka
tetap fokus pada kewajiban masing-masing, niscaya takkan terjadi
benturan. Jangan seperti Gimun dari Lumajang (Jatim) ini. Jadi pegawai
pekerjaan sudah banyak, masih sempat-sempatnya nggangguin bini sopir
truk tetangganya.
Gimun dan Bondan memang bertetangga di Dusun Kalipancing Desa
Lempeni, Kecamatan Tempeh, Lumajang. Gimun bekerja di sebuah perusahaan
swasta, sedangkan Bondan menjadi sopir truk perusahaan angkutan barang.
Sama-sama karyawan perusahaan memang. Tapi Gimun bekerja di belakang
meja dengan senjata pulpen dan komputer, sedangkan Bondan di atas truk
dan selalu main stater. Beda yang lain lagi. Yang satu tampil rapi, yang
satunya cuma kaosan dan bau olie.
Agaknya Gimun menyadari akan nilai tambah dalam dirinya. Lalu ketika
membadingkan dengan Bondan tetangganya, muncul sebersit tanda tanya.
Kenapa ya, Bondan yang hanya sopir truk kok bisa punya istri cukup
cantik di kelasnya? Rasanya kok njomplang amat, lelaki yang cuma
pendidikan SMP, keringatnya bau olie Top One dan Mesran, kok bermesraan
dengan Yayuk yang ayu, yang putih dan bodi sekel nan cemekel. Lalu
katanya kemudian, “Nek Yayuk dadi bojoku, jan ra kober kathokan aku
(andaikan Yayuk jadi istriku, tak sempatlah aku bercelana).”
Lalu mau ngapain? Memangnya seminggu tak pakai celana nggak isis
(dingin) dan masuk angin? Bodo amat! Yang penting punya bini macam
Yayuk jelas tanja tenan (nikmat sekali). Dia akan selalu dimanjakan bak
tuan putri. Tak masak tidak mengapa, yang penting cukup mamah dan mlumah
(makan dan melayani di ranjang). Sambil tiduran dan melamun, Gimun pun
nembang Dandanggula: ………akarya lejaring manah, surya ratri wong ayu sun
kawulani, sun adhep saben dina (demi membahagiakanku aku rela menghamba
padamu, kusanding siang malam).
Memendam asmara berkelanjutan, sungguh tidak nyaman. Oleh karenanya,
diam-diam Gimun mulai ngglibet mendekati istri tetangganya tersebut.
Ternyata Yayuk termasuk wanita jinak-jinak merpati. Kelihatannya susah
ditangkap, tapi setelah selalu mendapat bisikan asmara dan kena langsung
pada sumbernya, istri Bondan ini tak berkutik. Maka yang terjadi
kemudian, Yayuk bertekuk lutut dan berbuka paha untuk Gimun.
Sejak itu Gimun selalu memperoleh sarapan kedua dalam kehidupan
sehari-hari. Bila jenuh pada pelayanan istri, diam-diam dia kencan
dengan Yayuk yang sedang ditinggal suami bawa truk ke luar kota. Cuma
agak sial kali ini. Malem-malem baru saja mereka bersetubuh bak suami
istri, eh….Bondan pulang mendadak. Otomatis dia melihat bagaimana Gimun –
Yayuk berbenah pakaian di kamar. Darahnya pun menaik, sehingga Gimun
yang hendak kabur dikejarnya sambil membawa clurit. Saat terpojok di
dapur, tanpa ampun lagi Gimun dibacoknya berkali-kali hingga wasalam di
tempat.
Source : POSKOTAnews.com