KATA tempik sorak dalam bahasa Indonesia, bisa diartikan bersorak ramai-ramai. Tapi untuk bahasa Jawa, tanpa kata sorak di belakangnya bisa berarti kelamin wanita. Maka Sanjaya, 30 (bukan nama sebenarnya), warga Karawang nyaris dipukuli orang di Kediri (Jatim) gara-gara mau ngomong “tempe” dengan aksen Sunda yang kedengaran orang Jawa sebagai kata porno.
Ingat buku pelajaran Bahasaku untuk murid SD (1960) karya BM Noor
dan WYS Purwadarminto? Dalam kisah Amir – Sudin – Tuti dan Hasan itu
terbetik sebuah cerita yang dalam kalimatnya ada salah satunya
menggunakan kata tempik sorak. Bagi anak Jateng – Jatim dan DIY, pada
cengar-cengir saat memaba kata-kata itu, karena dianggap porno. Maka Pak
Guru pun menerangkan, tempik sorak mengandung makna tertawa
ramai-ramai.
Sanjaya warga Karawang (Jabar) belum lama ini naik KA Rapih Daha
Jakarta – Kediri. Saat tiba di stasiun Kediri, dia bergegas menurunkan
barang bawaannya. Karena kurang hati-hati, barang itu menimpa kepala
penumpang bernama Wiwik (bukan nama sebenarnya) hingga kesakitan. Budi
suami Wiwik segera menanyakan gerangan apa isi tas itu sehingga sangat
menyakitkan jatuh di kepala orang? “Ini tempe….,|” jawab Sanjaya dengan
logat Sunda.
Apa lacur, dalam pendengaran Budi kata-kata itu sama persis dengan
kata bahasa Jawa yang berarti kelamin wanita. Kontan dia tersinggung.
Ditanya baik-baik kok malah menjawab dengan kata jorok, bukankah ini
sebuah pelecehan. Hampir saja Sanjaya ditempelengnya. Untung percekcokan
itu segera dilerai petugas PT KAI setempat.
Namun demikian Budi tidak terima, sehingga perkara ini diselesaikan
di ruang Keamanan. Sanjaya bersikeras menyebut “tempe”, tapi Budi
bersikukuh kata-kata itu mengandung makna kelamin wanita. Demikian tak
terimanya, Budi segera melaporkan perkara ini ke polisi Polsek Kota
Kediri.
Polisi pun mencoba mencari jalan keluar. Apa bedanya antara tempe
dalam pendengaran Jawa dan Sunda? Saat tas yang jadi gara-gara mau
diperiksa, isinya ternyata bukan tempe, tapi piring. Pantas saja jatuh
di kepala lumayan juga rasanya. “Jadi mana yang benar, tempe apa
piring?” kata polisi hati-hati melafalkannya, karena takut kesleo.
Jelas isinya piring. Sedangkan Budi mau melanjutkan kasus “tempe” ini
ke wilayah hukum. Polisi pun segera menyarankan Budi – Sanjaya
bermaafan saja, karena perkara sepele ini bila diteruskan ke proses
hukum bikin capek saja, sedangkan tugas polisi yang lain masih begitu
banyak.
Damai sajalah, sambil makan berlauk tempe penyet. (DS/Gunarso TS)
Source : POSKOTAnews.com
============================
Produk CNI adalah “Produk Kualitas Menengah Atas, Harga Menengah Bawah”
Untuk info & Pemesanan :
HUB : MUHAMAD IPANGO
Telp / Hp : 021-7816369 / 0815 2363 9145 / 0816 160 5367
TOKO SEHAT ONLINE